Senin, 21 November 2016

SAPARAN 2016

Saparan  

Saparan yang selalu dilaksanakan di Bulan Sapar Kalender Jawa bermula sebagai bentuk tradisi Merti Desa dengan tujuan agar desa tersebut selalu mendapatkan kesejahteraan dan jauh dari malapetaka. Mereka mengundang para kerabat dan kenalan untuk datang berkunjung kerumah mereka masing-masing pada hari pelaksanaan Saparan. Masyarakat desa Di Kecamatan Ngablak secara konsisten masih melaksanakan tradisi Saparan. Meskipun dahulu pernah ada aturan larangan mengenai pelaksanaan tradisi Saparan. Hampir semua penduduk disebagian besar desa Di Kecamatan Ngablak masih melaksanakan Saparan hingga kini. Desa Ngablak, Jogonayan, Genikan, Keditan, Pandean, Girirejo, Jogoyasan, Sumberejo, Tejosari, dan Bandungrejo adalah desa-desa yang masih melaksanakan tradisi ini di bulan sapar. Sedangkan Pagergunung dan Seloprojo sebagian besar penduduknya melaksanakan pada bulan Agustus Kalender Masehi. Untuk desa desa lainnya melaksanakan juga walaupun tidak semeriah desa-desa tersebut. Pelaksanaan perayaan tradisi Saparan dibagi dalam tiga klasifikasi perayaan yang berlangsung secara berurutan, yaitu perayaan komunal, perayaan individu dan perayaan yang bersifat hiburan. Perayaan komunal yaitu doa bersama di rumah kepala dusun dengan tujuan kemakmuran dan keselamatan desa serta memperkuat solidaritas diantara warga. Perayaan individu dilaksanakan di rumah masing-masing dengan tujuan untuk mempererat tali kekerabatan. Sedangkan perayaan hiburan bertujuan untuk meramaikan suasana Saparan. Pada saat ini pelaksanaan Saparan telah mengalami pergeseran, masyarakat mengambil inti secara praktis apa yang dimaksud Saparan bagi mereka. Inti Saparan bagi mereka adalah slametan bersama, mengundang semua orang kenalan dan kerabat untuk datang dan makan bersama serta bersilaturahmi ke rumah. Masyarakat sudah tidak terlalu memperhatikan acara doa bersama dalam aspek komunal. Saling mengundang untuk datang bertamu dan makan bersama merupakan ciri khas dalam Saparan. Masyarakat desa di Kecamatan Ngablak masih mempertahankan tradisi Saparan karena tradisi Saparan ternyata masih sangat fungsional dalam kehidupan sosial masyarakat desa Di Kecamatan Ngablak. Hal ini sejalan dengan teori fungsionalisme budaya yang dikemukakan oleh Malinowski dan Radcliffe Brown, bahwa suatu budaya bertahan karena ternyata memiliki fungsi-fungsi tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan. Fungsi yang dimiliki oleh tradisi Saparan mencakup fungsi pembawa kemakmuran, fungsi menjaga ikatan kekerabatan, fungsi menjaga ikatan solidaritas dan kerukunan warga, fungsi hiburan, dan fungsi menjaga warisan budaya.

Wayang.....
Geplak...hanya ada di Saparan
Hidangan-nya komplit banget
Amben...tempat tidur yang panjaaaang....
Kebersamaan yang hangat...

Silaturahmi..mempererat persaudaraan

Gunungan yang diarak pada Saparan di Desa Tejosari

Wooowww


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar